ANDA suka menggunakan Twitter? Siapa yang tidak suka. Meski dikenal sering over capacity alias kelebihan kapasitas, sekarang ini banyak sekali orang yang menggunakan layanan situs blogging mikro tersebut. Tapi, tahukah Anda bahwa makhluk asing di luar angkasa alias alien juga menyukai metode Twitter?
Menurut klaim para ilmuwan, mungkin saja Alien mencoba menghubungi manusia dengan menggunakan metode komunikasi yang mirip dengan situs jejaring sosial terkenal Twitter, demikian dilansir Telegraph seperti dikutip A26.
Alien lebih mungkin mengirimkan pesan-pesan yang pendek dan langsung, bukannya pesan sinyal panjang yang berkelanjutan dan dipancarkan ke segala penjuru, kata para pakar. “Pendekatan ini lebih mirip Twitter, bukan seperti War and Peace,” kata ahli fisika asal California, Dr. James Benford, yang menjabat presiden Microwave Sciences Inc.
Dia dan saudara kembarnya Gregory, seorang ahli astrofisika di University of California, Irvine, mencoba melihat Search of Extraterestrial Intelligence (Pencarian Intelijen Makhluk Asing – Seti) dari sudut pandang alien.
Mereka menarik kesimpulan bahwa para ilmuwan Seti mungkin telah mengambil pendekatan yang keliru selama lima puluh tahun terakhir.
Hingga saat ini, para ilmuwan mendengarkan bunyi-bunyian aneh dari bintang terdekat yang dijadikan target.
Meski sudah setengah abad melakukan pencarian, tidak ada yang mampu membuktikan sinyal alien. Namun, banyak ilmuwan yang yakin bahwa mausia tidak hidup sendirian di jagat raya ini. “Apa pun bentuk kehidupannya, evolusi selalu memilih sumber daya yang bernilai ekonomis,” kata Gregory Benford. “Memancarkan sinyal perlu biaya mahal, dan transmisi sinyal melintasi jarak beberapa tahun cahaya tentu memerlukan sumber daya yang besar.”
Dalam jurnal Astrobiology, Benfords mengklaim bahwa sebuah peradaban alien akan berusaha berhemat, membatasi limbah dan membuat teknologi sinyal yang efisien.
Menurut mereka, Seti telah memfokuskan pemancar penerimanya untuk jenis sinyal yang salah dengan arah yang salah pula.
Bukanya mengarahkan antena ke bintang-bintang terdekat, para ilmuwan justru mengarahkannya ke pusat galaksi kita, Bima Sakti.
“Usia bintang-bintang itu miliaran tahun lebih tua dibanding matahari kita. Artinya, kemungkinan kontak dengan peradaban lebih tinggi jauh lebih besar jika menngaraghkan antena pemancar ke sana, bukannya ke arah luar galaksi kita yang lebih hampa,” kata Gregory Brenford.